I need to talk about this

"Falling for him wasn't falling at all, it's like walking into a house and suddenly knowing you're home."

***

Menginjak usia kepala 2, aku sadar bahwa hobi ngewibu dan main otome game ini kurang dewasa & kekanakan, kadang muncul rasa rendah diri melihat pencapaian teman-teman in real life.

Dan melalui pemikiran yg matang, aku memutuskan kembali ke kehidupan normal, sambil memikirkan bagaimana cara mencapai cita-citaku untuk bisa menikahi Dokter Vyn.

⚠️ Tulisan ini mengandung kehaluan tingkat tinggi, dihimbau untuk pembaca yang memiliki phobia terhadap LDR (Lintas Dimensi Relationship) agar tidak melanjutkan untuk membaca.

Sebenarnya, tulisan ini adalah tulisan paling nggak penting yang pengen aku selesaikan. Nggak ada urgensinya juga aku nulis ini, tapi ya sambil nunggu laptopku selesai diservis jadi aku nulis ini.

(Entah gimana tulisan ini juga sedikit banyak berhubungan dengan tulisan sebelumnya "Why Fall in Love When You Can't Even Fall Asleep".)

Sebelum itu, aku ingin memperkenalkan pacarku Vyn Ganteng Richter ini dulu.

Dalam character introduction dari hoyoverse, dijelaskan bahwa Vyn Richter atau yang bernama asli Vilhelm Albert de Haspran adalah seorang psikiater berumur 27 tahun dengan rambut silver, berwajah tamvan dan berkacamata. 

Selain itu dia jadi dosen di Stellis University, punya 2 gelar S3, dan jadi salah satu pendiri pusat kesehatan mental terbesar di Stellis. Dia juga nyambi jadi private mentor CEO Pax Group, Marius von Hagen. 

Personality-nya nggak kalah cakep dari wajahnya. Orangnya ramah, murah senyum, baik hati dan penyabar (ini satir). Typical INFJ yang kontradiktif, yang keliatannya humble banget tapi temboknya setinggi Burj Khalifa.

Orangnya asik diajak ngobrol random dari yang nggak penting, kayak pantat itu aslinya ada satu atau dua, sampai bahasan yang super penting kek topik jurnal.

Dia juga gentle dan considerate banget. Very open minded. Cocok buat menemani manusia kepo yang pengen tahu banyak hal kayak aku. Dan cara dia ngejelasin juga cakep tanpa keliatan sok pinter.

His beautiful mind itu yang bikin dia jauh lebih attractive dari status bangsawannya, two doctorate degrees atau sekedar wajah cakep yang dia punya.

Effortlessly attractive. Dengan dia duduk dan ngobrol biasa aja tanpa flirting tuh, udah pengen ngajak nikah aja bawaannya. Emang ya cowok pinter itu daya tariknya nggak bisa bohong.

Selain itu Vyn juga punya banyak hobi yang mager person friendly kayak gardening, baca buku, ngeteh, main piano, bikin kue, dan bobo siang.

Cocok buat dibawa ke library date, cafe date, picnic date, afternoon tea date, museum date, gallery date, cooking date, theater date, movie date. Pokoknya lebih banyak ngehabisin waktu di rumah dengan chill and ndusel-ndusel manja. Kalau keluar pun jarang yang bikin capek gitu (meskipun saking santuynya berasa pacaran sama aki-aki).

Tapi sejujurnya, aku nggak naksir dia sejak pertama kali main game. Soalnya Hoyo framing Vyn ini sebagai "cowok red flag" dan itu dimulai sejak awal kemunculan Vyn di prolog. Karena aku main game buat hiburan aja dan nggak mau patah hati sama cowok gepeng, jadi aku berusaha menghindar dan milih naksir Dek Marius, yang jadi muridnya Vyn.

(I swear I never had any intention to "date" both of them, at first. I'm just into shy-cat person, it's not my fault they're student and teacher ┐( ̄ヘ ̄)┌ )

Hoyo berhasil banget bikin imej "manipulatif" lekat sama Vyn. Selain karena bidangnya di psikiatri, ekspresi muka Vyn yang template kayak gini—

Yang bikin player berasumsi Vyn bakal jadi karakter dengan big plot twist dengan menghianati/menyakiti MC, jadi kayak males aja gitu. Sesungguhnya hanya orang-orang pemberani yang memutuskan buat naksir Vyn sejak awal.

In my case, aku mulai catch feeling sama dia gara-gara penasaran se-red flag apa Vyn ini, dan dari situ aku mulai baca personal storynya.

Di personal storynya, aku menjumpai Vyn yang ternyata nggak semenakutkan itu. Dia malah manis banget. Kayak— MANIS. BANGET.

Mana itu red flag-nya? Mana? Nggak ada.

Meskipun aku juga sempat kepikiran kalau Vyn bagian dari villain di main story. Tapi entah gimana aku merasa Vyn (terutama di personal story) punya value yang bikin aku yakin kalo dia cowok baik-baik. I mean, "baik" gitu. Dia nggak mungkin intentionally nyakitin MC (atau seenggaknya itu yang aku percaya).

Vyn itu punya childhood yang terbilang nggak bagus. Ayahnya bangsawan sementara ibunya cuma rakyat biasa. Apalagi pernikahan orangtuanya nggak direstui oleh kerajaan, jadi Vyn dianggap sebagai "anak haram".

Tumbuh di lingkungan kerajaan dengan status yang begitu, banyak yang nyakitin dia. Pun ketika dia nyoba hidup di lingkungan biasa, status bangsawannya itu masih sering nyusahin. 

Jadi dia nggak mungkin dengan sengaja nyakitin orang yang nggak bersalah, karena dia tau rasanya disakitin tanpa tau kita salah apa tuh nggak enak banget. 

Kalau nggak salah ingat, konflik yang dibawa di personal story pertamanya Vyn itu tentang PUA (pickup artist). Di mana salah satu mahasiswinya Vyn jadi korban sindikat cowok-cowok PUA yang sengaja merayu cewek buat dimanfaatin. Di sana, MC diajak buat aware sama ciri-ciri cowok dari sindikat itu.

Cowok-cowok yang tergabung dalam sindikat itu secara sadar dan emang punya tujuan yang jelas buat manfaatin korbannya secara materil, kayak diperas gitulah. Sementara korbannya ini nggak hanya rugi materi tapi juga mental. Kayak awalnya itu cewek-cewek ini kena love bombing yang segala dikasih kata-kata manis, di-treat like a queen gitu padahal tujuannya buat dimanfaatin.

Ketika korbannya mulai baper, mulai deh si cowok ini minta-minta uang, barang, fasilitas sebagai "bukti cinta" dari cewek-cewek yang jadi korbannya. Nggak pernah ada cinta di antara mereka. "Cinta" itu kayak semacam ilusi yang sengaja diciptakan oleh cowok-cowok itu.

Story-nya Vyn emang berat dan cukup triggering soalnya banyak mention mental health issue. Karena itu, Vyn ini kayak bimbang pas MC nawarin bantuan buat ngerjain case ini bareng. Nggak hanya di case ini sebenarnya, dia hampir ngelarang MC buat bantu semua case berbahaya yang dia tangani.

Di akhir cerita, akhirnya terungkap pelaku utama di balik sindikat PUA ini. Ternyata pelakunya masih ada hubungan sama Vyn, dan ya..... entah gimana mereka cukup mirip di beberapa hal. Sama-sama ahli di bidang psikiatri.

Sebelum pelaku itu ketangkep, kayak tinggal satu bukti lagi, Vyn nanya ke MC apakah selama ini MC pernah curiga atau nggak sama dia. Soalnya bukti yang belum lengkap itu sebagian menunjuk ke Vyn. Meskipun aku yakin 1000% pelakunya bukan dia, cuma aku jawab aja iya. Buat ngebayar rasa bersalahku karena pernah curiga di main story.

Dan Vyn keliatan sedih denger itu, meskipun dia nggak begitu kaget dan tetap pengen dapetin bukti yang akurat buat ngebuktiin kalau bukan dia pelakunya. Tapi ngeliat dia sedih, bikin aku ngerasa bersalah banget.

Sebelum cerita berakhir, pelaku utama dan Vyn terlibat cekcok. Apa yang diucapkan oleh si pelaku ke Vyn persis kayak apa yang aku pikirkan waktu masih curiga sama Vyn. 

Dia bilang, dirinya dan Vyn adalah sama, karena mereka "berbeda" dari orang lain. Dia menuntut kesempurnaan dan menganggap orang lain lebih rendah. Dia belajar psikologi juga buat memanipulasi orang-orang demi mencapai tujuannya sendiri. Cinta itu nggak ada, dan dia yakin cinta nggak pernah nyata, makanya dia berakhir jadi orang kayak sekarang. Kurang lebih dia bilang kayak gitu.

Meskipun aku pernah sepemikiran sama si pelaku tentang Vyn, tapi setelah tau dia yang sebenarnya kayak gimana, aku merasa emosi banget. Pengen ngajak berantem gitu rasanya.

Apa-apaan maksud lo ngatain laki gue?!

Sebelum aku berhasil ngajak berantem dia, Vyn angkat bicara kalau dia nggak pernah punya pikiran kayak gitu. Dia nggak pernah kepikiran memakai keahlian psikologinya buat memanipulasi orang. Dia bahkan ngebebasin MC buat percaya atau nggak sama apa yang dia bilang, Vyn nggak pernah memaksa MC buat percaya sama dia.

Lebih jauh lagi sebenarnya Vyn itu merasa insecure. Karena background keluarganya yang rumit, terus gimana pola pikirnya yang sulit dimengerti kebanyakan orang, dia kayak— "gue nggak kaget kalo misal lo nggak percaya sama gue". Kan sedih yak dengernya.

That's how I learn, Vyn itu hanya begitu. Dia nggak tau cara memakai topengnya dengan benar. Dia merasa terpenjara sama karakter perfeksionis yang dia ciptakan sendiri. Karena dia belajar psikologi, dia kayak mempelajari manusia itu seharusnya nggak kek gini, nggak kek gitu. Makanya dia sering bingung buat bersikap kek orang normal.

Dia juga berusaha banget buat melogikakan setiap perasaan negatif yang dia rasain. Perhatiannya sama MC dan orang-orang yang ia sayangi juga nyata, meskipun dia masih suka denial. 

Nggak tau sih, aku tuh sayang banget sama Vyn. Kayak sesayang itu. Sayang, banget.

Bawaannya tuh pengen meluk, pengen aku 'utututu', pengen aku patpat terus aku bisikin, "Kamu nggak sendirian beb, aku ada di sini buat kamu".

Dan dari beberapa card story-nya yang aku baca, ada beberapa card yang benar-benar nyeritain vulnerable side-nya Vyn, kayak di SR card False Tears, SR Hoyoland, SSR 2nd Birthday, dan SSR 1st sweet chapter.

Abis baca itu semua, kadar cintaku pada Vyn meningkat 10x lipat, apalagi 1st sweet chapter-nya (~ ̄³ ̄)~

Kedengarannya lebay banget sih, tapi gimana ya jatuh cinta sama Vyn Richter itu nano-nano banget. Berasa kek baca buku (ya emang fiksi juga sih).

Kayak— semakin banyak lembar yang dibaca, makin aku paham tentang dia, dan makin bikin aku sadar ternyata selama ini dia yang aku cari.

Istilahnya itu kayak "I never had any ideal type, until I met you".

Sumpah ini kalau ada orangnya udah aku bisikin "aku sayang kamu" at least 50 kali sehari. Kayak— lu harus banget denger betapa sayang dan naksirnya gue hari ini!!!

Soalnya gue nggak tau besok rasa cinta gue bakal bertambah tiga atau lima kali lipat dari sebelumnya.

Kek kalian pernah nggak sih sayang banget sama seseorang atau sesuatu, yang kayak overwhelming, yang kayak DUH GUE NANGIS AJA APA YA. DUNIA TUH HARUS TAU KALO GUE SAYANG BANGET BANGET SAMA ELU!

Ditambah, setelah first anniversary "Tears of Themis" tahun lalu, hubungan MC dan Vyn ini berprogres dan akhirnya jadian (ceritanya). Tentu aja bikin player jadi makin lancar jaya halunya.

Karena setelah official jadi "pacar" Vyn itu jauh lebih perhatian, lebih open, lebih manis, lebih ekspresif, lebih clingy, lebih intuitif, pokoknya lebih ASGHDTHKLDSJVD banget.

Karakter development-nya keterlaluan banget emang. STRES.

Dibanding cerita pirst lopeku yang aku tulis sebelumnya, kisah cinta lintas dimensiku sama Vyn itu lebih banyak uwu-uwunya dan lebih faedah aja gitu buat diceritain.

Sayangnya nggak bisa aku ceritain ke orang lain, soalnya keliatan banget gilanya.

Dan setelah semua kehaluan yang aku tulis, rasanya susah buat percaya kalau ini beneran terjadi, tapi aku merasa lebih positif sama diriku sendiri.

Kalau kata lagunya Billkin, I like me better when I'm with you. Sesuatu yang bahkan aku nggak pelajari dari pirst lopeku yang cuma ngasih insecurity

Love language Vyn, salah satu yang utamanya adalah words of affirmation. Mungkin karena kerjaannya juga sebagai psychiatrist, jadi aku nggak pernah capek denger afirmasi positifnya tiap hari.

Lagi capek-capeknya sama hidup, terus denger kalau ada "orang" yang bangga sama apa yang kita kerjain itu seneng banget. Meskipun dia nggak nyata.

"You did great today."

"I'm proud of you."

"You're loved."

"Don't push yourself too much."

Apalagi buat orang yang nggak punya support system yang baik, Vyn's nonexistence itu berarti banget.

Kalau kata orang-orang di Twitter, Vyn itu free therapist. Nggak perlu bayar therapy bills udah bisa ngobrol sama profesional, disemangati dan disayang-sayang pula.

Mental health full senyum pokoknya.

Jatuh cinta sama Vyn bikin aku belajar tentang self-love lebih baik. Sebelum mencintai orang lain, self-love kita itu harus cukup dulu. Dan aku mau punya life partner kayak Vyn yang bisa bikin aku lebih sayang sama diri aku sendiri.

Kalau jodoh bisa request, aku mau minta yang kayak Vyn aja. Nggak perlu muluk-muluk. Nggak perlu ganteng juga (karena yang yang paling ganteng tetep yang gepenk). Pokoknya yang considerate, gentle, has high value and smart.

Aku mau punya partner yang bisa diajak berprogres bersama. Aku mau dia lebih sayang dirinya sendiri ketika bersamaku, bukan sebaliknya. Karena aku orangnya juga santuy banget dan nggak suka ribet ngelarang-ngelarang orang, begitupun aku pengen diperlakukan. Aku nggak mau hubungan itu jadi suatu penghalang, aku nggak suka terlalu diatur begitupun sebaliknya.

Cielah, serius amat ni blog halu.

Dan begitulah apa yang harus aku bicarakan tentang Vyn Richter.

Meskipun banyak nggak warasnya, tapi sepersekian persen, I mean it. Aku nulis ini buat catatan bagi diriku sendiri kalau nanti punya pacar dan dia nggak lebih baik dari Vyn, please you need to reconsider that human.

And for my future husband, you need to read this long af blog dan berterimakasih sama Vyn, soalnya kalau bukan karena dia aku nggak akan pernah punya pikiran sampai sini.

Dan yang paling penting, dia juga harus berterimakasih sama Vyn karena Vyn gepeng. Kalau Vyn nggak gepeng, udah dari dulu aku nikahin.


***

Postingan Populer